Profil Pelajar
Pancasila merupakan bentuk konkret, manifestasi, pelaksanaan, pengaktualan,
pengejawantahan, penjelmaan bentuk ideal dari pelajar Indonesia. Rule model
sebagai long life learning, yang nantinya diharapkan memiliki kompetensi
menyeluruh, eksis di ranah global tanpa meninggalkan ciri budaya serta kearifan
lokal. Ia memiliki karakter terpuji, berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif.
Profil Pelajar
Pancasila merupakan target dari pelaksanaan program guru penggerak. Guru
Penggerak harus mampu membentuk siswa yang memiliki keinginan belajar sepanjang
hayat. Dari Guru Penggerak itu juga nantinya diharapkan lahir pelajar yang
memiliki jiwa pemimpin. Untuk itu guru penggerak harus dapat memberikan
pendidikan yang holistic, mampu mendorong tumbuh kembang anak, orientasi Guru
Penggerak harus berpihak kepada murid. Diharapkan juga mampu membuat guru
menjadi mentor. Agar guru penggerak sendiri dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
seprofesinya yang bukan guru penggerak, membuat ekosistem yang berdaya, selalu
belajar berbagi.
Untuk bisa melakukan
amanah besar tersebut seorang guru terlebih dahulu harus paham benar beragam
kompentensi utama dari guru penggerak, yakni memimpin pembelajaran,
mengembangkan diri dan orang lain, memimpin manajemen sekolah, memimpin
pengembangan sekolah. Ia harus mahfum pula tentang nilai- nilai yang mutlak
melekat pada sosok guru penggerak yakni, mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif, dan berpihak pada murid.
Berikut ini pengalaman
saya terkait nilai-nilai tersebut.
Peran yang sering saya
lakukan adalah “Mewujudkan Kepemimpinan” , yaitu mendorong munculnya
peningkatan keberanian, percaya diri, kemandirian, dan memicu keluarnya jiwa
sebagai pemimpin untuk semua murid di sekolah. Saya melakukannya agar siswa
berani tampil, memiliki kepercayaan diri yang bagus, lihai berkolaborasi serta
mandiri dalam belajar. Saya berharap dengan mampu memunculkan jiwa kepemimpinan
tiap siswa, akan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, sekaligus bentuk
pendidikan/penumbuhan karakter baik siswa di sekolah.
Contoh yang pernah
saya lakukan adalah mewajibkan siswa melakukan presentasi di depan kelas. Saya
melatih siswa untuk terbiasa tampil di depan banyak orang, berbicara,
menyampaikan gagasan dan pemikirannya tentang suatu topik. Siswa juga saya
biasakan bisa memimpin diskusi di dalam kelas saat proses pembelajaran
berlangsung. Saya awali hal ini dengan melatih siswa memimpin doa dan
memberikan tanggung jawab kecil di dalam kelas untuk dilaksanakan setiap hari.
Peran yang jarang saya
lakukan adalah “Menggerakkan Komunitas Praktisi”, karena saya belum pernah
membuat komunitas belajar untuk para rekan guru tapi hanya sebagai
pengikut/anggota di komunitas tersebut. ( Karena saat ini, saya masih terbilang
junior di sekolah saya ). Di forum MGMP Kabupaten pun saya masih junior, tetapi
Alhamdulillah saya berusaha berkontribusi dan mulai tahun ini saya dipercaya
untuk ambil bagian sebagai pengurus, bagian SDM.
Saya sering mengajak
siswa melakukan diskusi secara berkelompok di dalam kelas, baik daring maupun
luring, untuk membahas penyelesaian suatu masalah dalam pembelajaran, Setelah
itu saya meminta siswa untuk memaparkan hasil diskusi kelompok mereka ke dalam
forum diskusi kelas. Di forum itu saya melatih siswa menjadi bagian utama dalam
berlangsungnya diskusi seperti ada yang bertindak sebagai moderator, penyaji (
presenter ), pemberi tanggapan, pembuat simpulan, dan notulis.
Nilai berikutnya
adalah “Mandiri”, menurut saya mandiri adalah kesiapan dan
kemampuan individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan mengambil
inisiatif. Selain itu mencoba mengatasi masalah tanpa meminta bantuan orang lain,
berusaha dan mengarahkan tingkah laku menuju kesempurnaan. Contoh perilaku
mandiri : Mengambil inisiatif melakukan pembelajaran yang menyamankan siswa
tanpa perlu menunggu komando, selama yang dilakukan tidak melanggar aturan.
Saya pernah melakukan
pembelajaran melalui FB messenger, yang bisa dioperasikan dengan gratis, tanpa
biaya. Ketika itu siswa mengeluhkan tidak punya kuota (awal pandemi, ketika
belum ada bantuan dari Kemdikbud). Saya mengambil cara itu supaya pembelajaran
jarak jauh tetap berjalan tanpa membebani siswa/orang tua dengan biaya tambahan
pembelian kuota internet.
Selanjunya “Reflektif”,
merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya
dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga diperoleh suatu kesimpulan untuk menyelesaikan
permasalahan yang baru.
Perilaku reflektif
seorang guru penggerak misalnya ketika ia telah menyelesaikan suatu aksi, maka
ia akan mencatat dan memasukkannya dalam diri, mengendapkan hal positif untuk
ditingkatkan, menyimpan hal negatif untuk ditambah. Menjadikan keduanya sebagai
sarana menjadi diri yang lebih baik setiap waktu. Semua yang terjadi tidak
dibiarkan berlalu begitu saja, etapi selalu mengambil hikmah.
Pengalaman saya ketika
menerapkan pembelajaran dengan memakai modul berbentuk file word, saya
mendapati beberapa siswa kesulitan, ternyata aplikasi di gawai mereka belum
support. Hal seperi ini seharusnya sudah saya antisipasi. Misalnya dengan
mengubah file menjadi pdf terlebih dahulu, supaya semua peserta didik bisa
membaca dari gawai mereka ( hampir semua gawai bisa membuka dan membaca file
pdf).
Bagian berikutnya “Kolaborasi”,
merupakan suatu sikap saling ketergantungan secara positif, dibarengi tanggung
jawab setiap individu, kerjasama, serta keterampilan komunikasi interpersonal.
Contoh perilaku yang
bisa dilakukan oleh seorang Guru Penggerak terkait nilai Kolaboratif adalah
bersama-sama guru lain mencari solusi permasalahan yang ditemui anak didik,
baik masalah akademik maupun non akademik.
Ada seorang siswa yang
poin akademiknya realtif tidak bagus. Beberapa guru mata pelajaran mengatakan
siswa sering bolos, sering terlambat, mengantuk di kelas, dan tidak mengerjakan
tugas. Saya bersama-sama guru BK mencari penyebab nilai siswa ini rendah.
Setelah dilakukan home visit, diketahui bahwa ada beberapa faktor penyebab,
yaitu siswa ini yatim, harus membantu ibunya berjualan lontong tahu saat malam
hari. Melalui konseling, siswa membuat kesepakatan bahwa akan berusaha membagi
waktu untuk belajar dan membantu ibunya. Sekolah pun membebaskan siswa ini dari
segala iuran dan sumbangan pendidikan.
Yang tak boleh terlupa
adalah inovatif. Kata kunci nilai inovatif adalah kreatif, ide
baru, adaptasi, dan modifikasi. Contoh perilaku inovatif seorang Guru Penggerak
adalah menemukan cara baru untuk diterapkan, sehingga pembelajaran tak terasa
sebagai beban, tetapi tetap bermakna bagi siswa, menggunakan berbagai sumber
belajar, menyenangkan, dan sesuai dengan cara belajar siswa.
Pada pembelajaran
menulis cerpen, saya gunakan aplikasi Smart Apps Creator, bisa diinstal di
ponsel siswa. Aplikasi ini mudah dibuat, tak perlu menjadi ahli IT untuk
melakukannya. Hasilnya bisa langsung dipraktikkan pada siswa kita. Mereka bisa
memainkannya secara offline. Jadi pembelajaran bahasa tidak melulu tentang
menulis di buku atau file word kemudian dikirim via email pada guru.
Bagian terakhir, “Berpihak
pada Murid” berarti bisa menempatkan diri seandainya guru menjadi
murid, respek pada murid, tidak didasarkan pada rasa suka atau tidak suka murid
maupun guru. Keberpihakan pendidik harus selalu pada kebenaran. Memfasilitasi
bakat, minat, cita-cita anak sejauh yang dia inginkan tidak bertentangan dengan
kebenaran itu. Anak juga tidak boleh melanggar prinsip kebenaran atas nama
bakat, minat, dan cita-cita.
Di sisi lain, seorang
guru tidak bisa disebut respek pada murid kalau dia memaksakan materi atau cara
mengajarnya secara membabi buta. Saya berusaha memberikan pembelajaran yang
bermakna, yang membuat siswa bisa menggunakannya untuk menghadapi hidup yang
sebenarnya.
Misal di SMK Negeri 2
Tulungaung, saya berikan pembelajaran wawancara kerja ketimbang belajar main
menjadi orator ketika harus mengulas KD yang terkait kemampuan berbicara. Ini
lebih dibutuhkan, mengingat mereka harus menghadapinya ketika ikut rekrutmen di
kelas XII. Saya buat simulasi seolah mereka benar-benar akan melakukan proses
itu, agar mereka siap dan berhasil menghadapinya.
Jika ada rekan guru
ataupun Kepala Sekolah yang kurang mendukung dalam menjalankan peran saya
sebagai Guru Penggerak, saya selalu berusaha mendekat, dengan kepala dingin,
dan hati hangat, tidak ada yang tak luluh. Terus melakukan komunikasi intensif
dengan rekan guru dan kepala sekolah, tentang pentingnya mewujudkan merdeka
belajar melalui penerapan Peran Guru Penggerak. Tiada henti berkolaborasi
dengan pihak yang mendukung dalam menerapkan Peran Guru Penggerak. Kolaborasi
ini akan memberikan hasil positif terhadap siswa.
Memulai dari diri,
merlakukan perubahan, memberikan contoh, menerapkan nilai-nilai Guru Penggerak
dalam kegiatan sehari-hari. Dengan menerapkan nilai-nilai Guru Penggerak, akan
terjadi perubahan dalam pembelajaran, karakter, dan sikap siswa. Perubahan ini
akan dirasakan oleh siswa, guru, maupun kepala sekolah. Dengan adanya
perubahan, akan membuka pikiran, hati, dan wawasan rekan guru ataupun kepala
sekolah yang awalnya kurang mendukung. Insya Allah akan berubah menjadi pro.
Selalu berdoa pada pemilik hati, penguasa, yang Maha membolak-balikkan hati
manusia.